Koordinasi Antara Lembaga Adat dan 6 Kepala Suku Besar Pesisir Kab. Nabire Dengan Pihak Polres Nabire

 

Polres Nabire, Suku Mee, Seku Wate

 Nabire (08 April 2023) - Polres Nabire menengahi permasalahan antara suku Wate dan suku Mee marga Degei dan koordinasi antara Lembaga Adat dan 6 Kepala Suku Besar Pesisir Kab. Nabire Dengan Pihak Polres Nabire Terkait Permasalahan Pemasangan Tapal Batas Tanah Yang Dilakukan Oleh Suku Mee Marga Degei di KM.19, Jl. JDI, Kp. Wanggar Makmur yang dilaksanakan di Ruang Rapat Polres Nabire, Jl. Jend. Sudirman, Kel. Karang Mulia, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire.

Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh :

1) Kompol I Wayan Laba, SH, MH (Waka Polres Nabire)

2) AKP A.M. Tatiratu (Kabag Log Polres Nabire)

3) Iptu Petrus Paranoan (Kasat Intel Polres Nabire)

4) 2) Aleks Raiki (Kepala Besar Suku Wate)

5) Ayub Kowoi (Kepala Suku Besar Yeresiam)

6) Saul Waiwowi (Kepala Suku Besar Hegure)

7) Socrates Sayori (Ketua LMA Saireri II Nabire)

8) Herman Sayori (Ketua DAP Wil. Nabire)

9) Daniel Ha'o (Staf Sus BMA-SW Bidang Sengketa)

10) Daniel Mandiwa (Dewan Penasehat Suku Besar Wate)

Pada kesempatan ini Bpk. Alex Raiki (Kepala Besar Suku Wate) menyampaikan beberapa pendapat bahwa :

a) Suku Mee marga Degei yang melakukan pemasangan tapal batas tidak pernah perang dengan Suku Wate. Sejarahnya pihak suku Wate pernah berperangan dengan suku Mee tapi marga Madai, disitu ada perjanjian sehingga dengan marga Degei ini tidak pernah suku Wate berikan ulayat.

b) Sebelumnya tahun 2004, Kepala Suku Wate Wil. Nabire Barat pernah memberikan lahan untuk digunakan dengan luas 200 x 200 m2 atau di Km. 22, Jl. JDI Kaladiri II, kepada Suku Mee Marga Degei. Namun semakin lama tanah garapan yang digunakan semakin meluas hingga mereka mengklaim sampai di Km. 19. Lahan tersebut pada dasarnya masih wewenang hak ulayat Suku Wate sedangkan marga Degei hanya sebatas pengguna lahan atau garapan.

c) Maka dengan ini, Saya sebagai Kepala Suku Wate sangat marah karena merasa harga diri Kami di injak-injak. Dalam video yang beredar, saya juga di ancam dan mereka menyatakan perang. Oleh karena itu Kepala Suku Enam Besar di Pesisir juga ikut memprotes pemalangan yang dilakukan oleh Marga Degei dan siap menerima tantangan perang. Kami sudah mempersiapkan massa dan peralatan perang.

d) Sehingga kedatangan Kami disini meminta kepada Polres Nabire membantu melihat ini karena Kami menginginkan tidak ada gejolak yang terjadi. Kami mau plank tapal batas itu dicabut hari ini sehingga pihak keamanan bisa sama-sama datang ke lokasi.

Socrates Sayori (Ketua LMA Saireri II Nabire) menyampaikan juga bahwa :

a) dari 6 suku besar sudah punya massa dan siap, apapun keputusan saat ini mari kita pertimbangkan sama-sama. 5 Distrik di pegunungan juga mereka telah turun bersama dengan Kita, mereka mendukung dan menyatakan sikap dengan kita untuk mengeluarkan mereka (marga Degei) karena masalah ini hanya segelintir saja yang muncul dari Marga Degei.

b) Mereka marga Degei hanya penggarap saja tapi saat ini mereka mengklaim adalah pemilik. Untuk berkomunikasi dengan marga Degei tersebut, Kita sudah melibatkan Ferry Youw (Kepala Suku Umum Mee) dan Fabianus Tebai (Kepala Suku Simapitowa) mereka kita gunakan untuk mediasi kepada dengan marga degei ini.

c) Jadi Kita sekarang harus koordinasi dengan pihak Keamanan, kita harus sepakat, planknya hari ini harus diturunkan dulu, setelah itu Kita minta kedua belah pihak harus dipertemukan yg diwadahi oleh Polres Nabire. Kita minta ini segera, Pemerintah Daerah juga tidak bisa diam.


secorates sayori, polres nabire,

Tanggapan dari Kompol I Wayan Laba, SH, MH (Waka Polres Nabire) bahwa :"Bapak-bapak mempercayakan kepada kami untuk mengurus masalah ini, Saya apresiasi karena Bapak juga sebenarnya ingin tidak terjadi kekacauan. Saya ingin ini berjalan sesuai jalur hukum yang ada, Kami upayakan tetap diposisi di tengah, kita tetap mendengar kedua belah pihak, jangan sampai ada memaksa kehendak justru tidak mencapai apa yang di inginkan. Kedua belah pihak sama-sama bersikeras."

Penyampaian Iptu Petrus Paranoan (Kasat Intel Polres Nabire) yang intinya bahwa, Polisi sudah maksimal bekerja, Kami sudah upaya komunikasi dengan pihak Degei, Bapak Kapolres sudah menyurat kepada Pak Bupati, jadi bukannya Kami tidak membantu. Kami sudah panggil pihak Degei untuk kesini nanti, Sehingga pihak kami dari Kepolisian bisa mendapat titik terang untuk mengambil langkah, dan Polisi harus ada dukungan dari masyarakat. Jadi apa yang disampaikan pihak Degei nanti kita sampaikan juga ke Bapak disini.

Dalam hal ini Kedatangan Suku Wate bersama 6 Kepala Suku Besar di Pesisir Nabire dan Lembaga Adat ke Polres Nabire dalam rangka meminta kepada pihak keamanan untuk menjadi saksi dan memberikan kesempatan menengahi permasalahan antara suku Wate dan suku Mee marga Degei. Suku Wate menginginkan plank tapal batas yang dipasang oleh Suku Mee marga Degei diturunkan hari ini yang disaksikan oleh Polres Nabire. Namun dari Polres Nabire meminta waktu untuk memanggil pihak suku Mee marga Degei dalam rangka pendekatan terlebih dahulu agar dapat menghindari konflik yang mungkin terjadi apabila dari pihak suku Wate pada hari ini tetap memaksa menurunkan plank tapal batas yang telah dijaga oleh pihak suku Mee.

Pihak Polres Nabire telah melakukan upaya mediasi dengan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak antara suku Wate dan suku Mee untuk bertemu pada 11 April 2023, di Polres Nabire dalam rangka menyelesaikan masalah tapal batas tersebut. Namun dari pihak suku Wate tetap menginginkan tapal batas itu dicabut terlebih dahulu sebelum melakukan pertemuan mediasi, apabila tidak dicabut maka pihak suku Wate tetap akan memaksa dan menerima tantangan perang dari suku Mee.

Kunjungi juga disini : Buddyku

Komentar

BERITA TERKINI